Selasa, 11 Maret 2014

Keterampilan dasar dalam WAWANCARA


     Menyambung dari blog saya yang sebelumnya mengenai aplikasi wawancara dalam dunia Psikologi, blog ini juga masih membicarakan seputar teknik wawancara. Jika kita ingen menjadi seorang pewawancara yang baik, maka kita harus memiliki dan menguasai keterampilan-keterampilan dalam wawancara. Apa saja sih keterampilan yang diperlukan tersebut?? ada 6 buah keterampilan dasar dalam wawancara:

1. Kemampuan Membina Rapport
    Yang dimaksudkan disini adalah bagaimana seorang pewawancara menjalin hubungan baik pada kesan pertama dan seterusnya dengan klien atau orang yang hendak kita wawancarai. contohnya saja berjabat tangan saat berkenalan, mengucapkan salam, mempersilahkan duduk dan tersenyu pada klien atau orang yang hendak kita wawancarai. 

2. Empati
     Empati ini merupakan kemampuan pewawancara dalam menghayati atau mengerti dan merasakan apa yang sedang dialami oleh klien atau orang yang sedang kita wawancarai. Jika bina rapport kita dengan klien atau orang yang ingin kita wawancarai berjalan lancar-lancar saja dari awal maka empati akan terjalin dengan sendirinya tanpa dipaksakan. Dalam empati. pewawancara tidak boleh membenarkan semua perilaku yang dilakukan oleh klien, melainkan kita harus memilah  perilaku mana yang benar untuk dipertahannkan, dan perilaku yang salah untuk dirubah. Empati diperlukan agar klien merasa bahwa pewawancara mengerti apa yang dirasakan dan mau untuk terbuka dan jujur menceritakan segala keluh kesahnya.

3. Attending Behavior
     kunci dari attending behavior ini adalah mengurangi kuantitas berbicara pada pewawancara dan memberikan klien waktu untuk menceritakan tentang diri mereka. Dengan memberikan perhatian pada klien, pewawancara dapt mengetahui dan memahami apa yang diceritakan oleh klien. dengan ini juga, klien akan merasa bahwa dirinya diperhatikan saat bercerita sehingga hal tersebut menumbuhkan rasa percaya pada klien untuk menceritakan segala permasalahan yang dihadapi klien. 
     Dalam attending behavior ada 4 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu visual (menatap klien), vocal qualities (nada dan kecepatan saat berbicara), verbal tracking (tidak mengubah tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan sebelumnya), dan body language (apa adanya dan penuh perhatian).

4. Teknik Bertanya
     Pada saat bertanya, usahakan pewawancara menggunakan teknik open question dibandingkan dengan closed question. Open question adalah pertanyaan yang ditanyakan bersifat terbuka dan tidak mengarahkan seperti closed question. open question dapat dimulai dengan pertanyaan  "apa yang bisa saya bantu?" atau "dapatkah anda menceritakan lebih lanjut?". sedangkan pertanyaan closed question merupakan pertanyaan yang merujuk pada jawaban tertentu dengan hanya ada pilihan dua jawaban "YA/TIDAK atau SUKA/TIDAK atau Apakah anda marah?"
     Dalam memberikan pertanyaan, pewawancara tidak diperbolehkan untuk menjadi intrusive, menginterogasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada habisnya, mengontrol keadaan klien (cth ; tidak boleh nangis), menggunakan kata KENAPA dalam bertanya (karena dengan kata kenapa, klien merasa disalah kan dan harus bertanggung jawab sepenuhnya dengan apa yang telah terjadi), dan bertanya hanya untuk memuaskan rasa keingintahuan pewawancara.

5. Keterampilan Observasi
     Keterampilan dalam observasi berfokus pada 3 area, yaitu non-verbal (ekspresi wajah, bahasa tubuh, stereotip), verbal ( perhatian yang diseleksi, klien akan berbicara jika pewawancara tertarik dan mau mendengarkan pada topik tertentu dan perhatikan kata-kata yang sering diulangi dan diberikan penekanan yang berbeda dari kata lain, cth: saya mau bunuh diri diulang sampai berkali-kali), dan konfil, diskrepansi dan inkongruensi.

6. Active Listening
     Active listening ini terdiri dari:
- Encouraging : merupakan bahasa verbal atau non-verbal yang digunakan pewawancara untuk memberikan tanda pada klien agar klien melanjutkan pembicaraanya.
cth: verbal --> hmm...., ya..., oke.., lalu..
      non-verbal --> mengangguk
- Pharaphrasing : fokus pada konten dan mengklarifikasi sesuatu yang terjadi dalam komunikasi. dengan parafrase klien akan tahu bahwa kita mendengarkan apa yang diucapkannya.
   Reflection of Feeling : merupakan identifikasi kunci emosi yang dirasakan oleh klien. pewawancara harus menanyakan dengan jelas dan detail apa yang dirasakan oleh klien. misalnya yang klien rasakan adalah sedih. sedih yang seperti apa?? apakah perasaan tidak bahagia, depresi, atau apa.
   Reflection of Content terdapat yang namanya Parroting yang berarti pewawancara mengulang perkataan klien untuk memberikan garis besar cerita klien atau ketika meminta klien meneruskan ceritanya. 
- Summarizing : merupakan kesimpulan dari pembicaraan yanv telah dilakukan. biasanya summarizing dapat diguunakan pada awal pertemuan, tengah maupun akhir pertemuan untuk memberi tau secara garis besar apa yang sudah diceritan atau masalh yang terjadi dan untuk mengklarifikasi sesuatu yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar